Oleh: Valentino Wanma
JEMAAT GKI Imanuel Mamuranu, Klasis Teluk Bintuni, Kamis (24/8/2023) melakukan prosesi pemancangan Salib diatas bubungan gedung gereja yang baru.
Prosesi ini merupakan sesuatu yang sakral dan lazim di kalangan umat GKI di Tanah Papua, khususnya di Klasis Teluk Bintuni.
Dalam prosesi yang sakral ini, ternyata terselip suatu pemandangan yang tak lazim, namun penuh kesan mendalam bagi warga jemaat disana.
Ialah Wakil Bupati Teluk Bintuni, Matret Kokop yang saat itu didampingi Staf Ahli Bidang Kegamaan Islam, Ahmad Anwar Bauw dan Kepala Dinas Perhubungan, Viktor Ririhena, ikut menyaksikan pemancangan Salib tersebut.
Ini pertama kalinya, pemancangan Salib di gedung gereja GKI di Tanah Papua, Klasis Teluk Bintuni disaksikan pihak pemerintah.
Kehadiran pemerintah, sebenarnya hal yang wajar. Sebab, ketika ada undangan dari masyarakat, pemerintah dalam hal ini bupati, wakil bupati atau sekda pasti hadir, minimal ada perwakilannya.
Namun, ada sesuatu yang membuat kagum dan memberi kesan yang mendalam bagi jemaat setempat, yakni Matret Kokop dan Ahmad Bauw yang notabenenya adalah umat Islam.
Kedatangan Matret Kokop bersama rombongan dari kota Bintuni, memang sudah ditunggu-tunggu jemaat yang mayoritas OAP Tujuh Suku dari suku Wamesa dan suku Sougb.
Saat tiba di dermaga jeti, rombongan Wakil Bupati disambut oleh majelis jemaat, dan langsung dipersilahkan menempati barisan kedua dalam arak-arakan, bersama Sekretaris Klasis GKI Teluk Bintuni, Pdt. Yohanis Lanta.
Menuju ke gedung gereja dengan berjalan kaki, rombongan Wakil Bupati dan para Hamba Tuhan dihantar lantunan lagu-lagu rohani yang dimainkan dalam irama suling tambur khas Suku Wamesa.
Prosesi pemancangan Salib yang dimulai dengan berjalan kaki dari dermaga jeti hingga di gedung gereja, Matret Kokop sama sekali tidak terlihat canggung padahal ini pengalaman pertama kali.
Justru, ia nampak penuh hikmat bersama-sama seluruh jemaat mengikuti seluruh tahapan pemancangan Salib, di halaman gedung gereja yang masih dalam proses pembangunan.
Melihat apa yang sudah ditunjukkan Matret Kokop, Pdt Lanta saat sesi sambutan, mewakili seluruh jemaat GKI di Tanah Papua, khususnya di bumi Sisar Matiti, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Meski saat itu kapasitas Matret Kokop selaku orang nomor dua di Pemda Teluk Bintuni, namun ia dianggap tidak hanya sebagai pemerintah, melainkan sebagai Anak Adat.
Sebab, ia dinilai mampu menunjukkan eksistensi Agama Keluarga sebagai filosofi hidup OAP Tujuh Suku yang diwariskan oleh leluhur secara turun temurun.
Kehadirannya di kampung Mamuranu, distrik Wamesa, dimaknai jemaat disana sejatinya tidak semata-mata seremonial acara.
Melainkan ada pesan yang sangat indah bagi generasi muda OAP Tujuh Suku, bahwa OAP Tujuh Suku dengan berbagai latar belakang, sampai kapanpun adalah keluarga. (*)