Mangrove.id- Matret Kokop sebagai seorang pemimpin yang sederhana rendah hati, jujur, memiliki integritas yang tinggi serta tidak memiliki ambisi untuk menjadi seorang pejabat.
Namun siapa sangka seorang Matret Kokop memiliki impian yang begitu mulia yaitu ingin kembali membangun kampung kelahirannya Aranday melalui program Transmigrasi.

Siapa sangka Matret Kokop yang terlahir dari keluarga sederhana pasangan Hasan Kokop dan Aisyah Rumatan di dusun Aranday itu kelak menjadi salah satu pemimpin di Kabupaten Teluk Bintuni.
Dan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana perjalanan seorang Matret Kokop bisa menjadi orang nomor 2 di kabupaten Teluk Bintuni yang orang sebut Sisar Matiti ini mendampingi Bupati Teluk Bintuni Ir. Petrus Kasihiw, MT membangun Kabupaten Teluk Bintuni.
Dengan tekad yang kuat Matret Kokop kecil dikirim ayahnya untuk bersekolah di sekolah dasar (SD) Negeri 1 Bintuni pada tahun 1969 sebagaimana para orang tua di Aranday kala itu mengirim anak-anak mereka bersekolah di Bintuni ketika anak-anak mereka sudah masuk usia sekolah karena di Aranday waktu itu belum ada bagunan sekolah satu pun di sana.

Meski jauh dari kedua orang tuanya Matret Kokop dengan sabar dan tekun bersekolah di SD Negeri 1 Bintuni dan tinggal di panti asuhan yang bangunannya sangat sederhana dan beratap daun kajang bersama-sama dengan teman-temannya dari kampung Aranday.
Saat itu banyak teman-teman sekampungnya yang harus berhenti bersekolah dan pulang kampung lantaran orang tua mereka sudah tidak mampu lagi mengirimkan bahan makanan untuk anak-anak mereka yang sementara sekolah di Bintuni.
Tetapi bagi seorang Matret Kokop tetap sabar dan bertahan untuk terus sekolah di SD Negeri 1 Bintuni dari tahun 1969 serta berhasil lulus dari SD itu pada tahun 1974 yang kepala sekolahnya waktu itu silih berganti mulai dari pak Wambrau kemudian Darwis selanjutnya Agus Mulyadi.
Setelah tamat dari SD Negeri 1 Bintuni Matret Kokop kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bintuni. Selama bersekolah di SMP Negeri 1 Bintuni dari tahun 1974 – 1977 beliau dipelihara sebagai anak angkat oleh pasangan alm. H. Ridwan dan istrinya Nurma yang saat itu membuka kios serta berjualan sate serta soto dan merekantinggal waktu itu di Masui.

“Setiap pagi setelah sholat subuh saya mengayuh sepeda pergi cari daging sapi untuk mama Nurma buat sate dan soto. Kemudian setiap hari saya juga bantu kedua orang tua angkat saya itu jaga kios dan bantu mama angkat saya berjualan sate dan soto. Kedua orang tua angkat saya itu yaitu H. Ridwan dan mama Nurma waktu itu selalu berpesan kepada saya untuk rajin sekolah serta belajar dengan baik.
Dan mereka berjanji kepada saya untuk menyekolahkan saya ke Manokwari yaitu di SPMA yang menurut mereka sekolahnya bagus,” kata Matret Kokop kepada media ini dengan berkaca-kaca dan terharu mengisahkan pengalaman hidupnya yang mandiri dan jauh dari kedua orang tua kandungnya yang ada di Aranday.
Matret Kokop tinggal selama 3 tahun dipelihara kedua orang tua angkatnya yaitu H. Ridwan dan mama Nurma bersama saudara angkatnya seorang perempuan anak dari H. Ridwan padayaitu Nurwahidah. “Kamu harus tetap sekolah dan tinggal dengan saya karena Aranday jauh dan di sana hidup susah,” pesan ayah angkatnya H. Ridwan ujar Matret Kokop saat mengingat masa lalunya hidup bersama kedua orang tua angkatnya itu.
Akhirnya Matret Kokop pun lulus SMP Negeri 1 Bintuni pada tahun 1977 kemudian dirinya dikirim oleh H. Ridwan untuk melanjutkan sekolah ke Manokwari yaitu di SPMA Manokwari.

“Waktu itu yang melamar masuk SPMA ada 80 orang dan yang diterima hanya 60 orang termasuk saya dan beberapa teman dari Bintuni seperti Rauf Iribaram yang sekarang menjabat Kepala Dinas Ketahanan Pangan Teluk Bintuni serta Efred Sebaru,” ungkap Matret.
Melanjutkan studi di Manokwari, Matret menuturkan dirinya tinggal bersama dengan Kepala Kantor Departemen Agama Manokwari H. Bikram. Dan setelah tamat dari SPMA Manokwari pada tahun 1980. Dirinya bekerja sebagai tenaga honorer di 2 tempat yaitu di Dinas Pertanian Manokwari sebagai PPL dan di Kantor Transmigrasi.
“Pagi hari saya bekerja sebagai PPL dan siang saya bekerja di kantor Transmigrasi. Kemudian pada tahun 1984 saya ikut tes di Jayapura sebagai calon pegawai di dinas pertanian Manokwari dan Kantor Transmigrasi Manokwari di Manokwari dan kedua-duanya lulus dan saya mendapatkan 2 SK.
Namun saya mengundurkan diri dari Dinas Pertanian dan lebih memilih berkarier di Kantor Transmigrasi. Kenapa saya lebih tertarik memilih transmigrasi karena pada waktu ada pameran pembangunan tentang bagaimana membangun kampung melalui program Transmigrasi dimana apabila sudah menjadi pegawai transmigrasi dan sudah naik pangkat atau golongan maka sudah bisa membuat program membangun ke kampung-kampung.

Hal inilah yang menginpirasi saya untuk bercita-cita ingin kembali membangun kampung halaman saya Aranday yang masih tertinggal dan terbelakang. Sehingga saya memilih bekerja di kantor Transmigrasi dan melepaskan Dinas Pertanian waktu itu.
Dan waktu itu saya tes sampai tiga kali di Kantor Transmigrasi baru lulus dimana tes ketiga kalinya saya dipanggil ke Kanwil Transmigrasi ke Jayapura untuk ikut tes dan baru saya lolos menjadi pegawai transmigrasi,” kenang Kokop.
Saat bekerja di kantor Transmigrasi dirinya ditempatkan bertugas pertama kali di kampung Makwan sebagai kepala unit pemukiman transmigrasi (KUPT) dimana waktu itu pemerintah kabupaten Manokwari bekerja sama dengan Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Morawa sebagai kebun inti dan plasma rakyat.

“Setelah dari kampung Makwan saya dipindahkan ke kampung Wasegi juga sebagai KUPT. Jadi saya membuka Transmigrasi dari SP-1 sampai SP-5 Prafi pada tahun 1984. Waktu itu anak saya baru 1 orang yaitu Rahmat Hidayat Kokop.
Dengan niat dan tekad yang kuat saya terus bekerja sebagai KUPT di dataran Prafi hingga tahun 1991 dan pada tahun juga saya lalu dipindahkan bertugas menjadi KUPT di RKI Wimbro dengan menangani sebanyak 50 kepala keluarga (KK). Dan setelah itu saya ditarik kembali ke Manokwari kemudian ditugaskan sebagai KUPT di Sibena 1 dan Sibena 2 hingga tahun 1995.
Barulah pada tahun 1995 saya ditugaskan sebagai KUPT di kampung halaman saya sendiri yaitu Aranday dan disana saya berpikir bahwa apa yang saya cita-citakan atau impikan dulu untuk kembali membangun kampung Aranday itu terwujud,” kata Matret.
Setelah kembali ke kampung halaman Aranday sebagai KUPT di sana pada tahun 1995 dirinya langsung memprogramkan transmigrasi lokal di Tomu sebanyak 60 KK, kemudian untuk transmigrasi nasional (Transnas) di Sasari dan Manunggal Karya masing-masing sebanyak 500 KK serta translok di kampung Kecap sebanyak 50 KK dan saya juga terus berkordinasi dengan provinsi Papua waktu itu untuk membangun kampung dan sekarang kampung Aranday sudah terbuka semua dan sampai dirinya dipindahkan kembali ke Manokwari,” papar Kokop.

Matret Kokop juga mengatakan bahwa waktu itu alm. Decky Kawab mengatakan kepada dirinya bahwa Bintuni akan menjadi kabupaten dan mengatakan dirinya harus pulang ke Bintuni. “Maka pada tahun 2002 saya pun kembali ke Bintuni sebagai perwakilan koordinator lokasi Transmigrasi di Bintuni untuk supply bahan makan dan tunjangan hidup (jadup) untuk warga Transmigrasi saya layani semua,” terang Kokop.
Kokop juga mengungkapkan bahwa pada mulanya mereka bekerja keras pada tahun 1986 melakukan survey pertama kali untuk lokasi Transmigrasi di Bintuni dengan mendirikan tenda di Kali Manimeri. “Dan waktu saya bertemu dengan alm. Simon Manibuy dan saya meminta agar beliau membantu mempertemukan saya dengan petuanan tanah untuk melepaskan tanah sehingga Teluk Bintuni menjadi 11 SP ditambah lokal yaitu SP-1 sampai SP4, Sibena ditambah dengan trans lokal sampai Meyado dan Tembuni,” jelas Matret.
*Dipanggil Pulang Bangun Bintuni
Waktu itu Matret Kokop masih tinggal di Manokwari kemudian mantan Bupati Alfons Manibuy dan mantan Wakil Bupati H. Akuba Kaitam memanggil dirinya pulang ke Teluk Bintuni untuk bekerja membangun Bintuni.
Saya memimpin distrik Aranday hanya bermodalkan pikiran dan pengalaman dan selama saya memimpin tidak pernah mengeluh dan tidak satu pun warga yang datang menemui Bupati tanpa membawa surat rekomendasi dari saya.
Dan berkaitan dengan bantuan masyarakat dan apapun harus melalui saya dan saya konsekuen membuat surat ke Bupati dan berkomitmen pertanggungjawabkan surat saya itu. Sehingga mantan Bupati Alfons Manibuy waktu itu memberikan saya apresiasi dan penghargaan kepada saya sebagai kepala distrik Aranday,” tutur Matret.

Setelah bertugas selama 6 tahun sebagai kepala distrik Aranday akhirnya Matret Kokop pada tahun 2012 memutuskan untuk hijrah ke Bintuni. “Saya katakan ke Bupati Teluk Bintuni saat itu bahwa pekerjaan apa saja di Bintuni saya terima.
Saya tidak ambisi dengan jabatan yang penting gaji dan hak-hak saya lancar. Lalu saya pindah ke Bintuni dan selanjutnya tinggal di Bintuni dan menjabat sebagai Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Teluk Bintuni.
Matret Kokop juga mengungkapkan bahwa ketika dirinya tinggal 5 tahun lagi akan pensiun dari ASN dan saat itu ada pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati untuk Pilkada Teluk Bintuni pada tahun 2015 beliau ikut mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati mendampingi Ir. Petrus Kasihiw, MT sebagai Calon Bupati.
“Terus terang saat itu saya punya niat waktu itu pensiun dini karena saya golongan cukup tetapi untuk menduduki jabatan susah dan biar sudah saya pensiun dini saja. Dan pada saat Pilkada tahun 2015 ada beberapa yang datang menawarkan saya tetapi saya hanya pilih berpasangan dengan Bapak Petrus Kasihiw.
Saya bilang saya ini tidak punya uang tetapi kalau bapak fasilitasi saya sebagai teman untuk bekerja mari kita dua jalan itu yang saya lakukan. Dan waktu itu seminggu baru saya putuskan untuk maju mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati untuk mendampingi bapak Petrus Kasihiw maju Pilkada tahun 2015.
Jadi awalnya saya tidak punya niat untuk maju pada waktu itu dan memang ada beberapa yang sudah datang menawarkan saya. Tetapi saya katakan kepada mereka bahwa saya ini bukan orang pemerintahan dan basis saya pertanian karena orang yang menjadi pemimpin di kabupaten ini harus orang yang betul-betul yang memiliki pengalaman,” kata Matret.
Matret juga menuturkan bahwa waktu itu dirinya percaya diri untuk maju mendampingi Petrus Kasihiw berdasarkan pengalaman yang dia miliki sebagai ke7pala pemerintahan distrik Aranday dan sewaktu kepala KUPT di Transmigrasi.
“Sekarang ini bagaimana kita memiliki impian Bintuni ini kita mau bawa kemana terutama menyangkut kesejahteraan rakyat. Dimana masih banyak hal yang belum kita lakukan.
Sehingga kedepan dirinya akan mencari solusi bagaimana mensejahterakan masyarakat sebab saya lihat masih banyak yang belum dilakukan dan saya bersama pak Petrus Kasihiw memimpin kabupaten ini baru 3 tahun lebih. Dimana kita baru mengusahakan pembangunan sedikit demi sedikit terutama masalah rumah layak huni untuk masyarakat, air bersih dan listrik sudah mulai berubah tetapi orang kota yang merasakan sedangkan di kampung-kampung belum semua terjangkau sehingga kita harus masuk ke pesisir-pesisir dan gunung-gunung.
Seperti pengalaman saya pernah pergi ke distrik baru yaitu distrik Maskona Utara saya lihat disana sangat membutuhkan pembangunan. Sehingga mudah-mudahan sesuai dengan visi dan misi kita berdua saya yakin Bapak Bupati Petrus Kasihiw akan berkomitmen untuk mewujudkan pembangunan di sana.

Tetapi kalau perut lapar dan tidak tenang maka pembangunan SDM tidak bisa berjalan. Sehingga kita harus dorong pembangunan pertanian dalam arti luas tersebut,” terangnya.
Matret Kokop menambahkan bahwa dalam hidup ini kita harus menekuni niat kita serta jangan lupa kepada Tuhan.
“Kita harus bekerja dengan hati yang tenang dan jangan pernah menunda pekerjaan hari ini. Dan kalau ada pekerjaan harus selesai sekecil apapun pekerjaan itu sehingga tidak menjadi beban maupun membuat kita pusing. Disamping itu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat jangan membeda-bedakan mereka tetapi layanilah semua dengan baik.
Karena pengalaman saya pernah melayani masyarakat ada yang kakinya sudah busuk menghadap saya dengan kondisi tubuh yang tidak bagus meminta bantuan berobat jangan kita buang muka itu tidak boleh. Apapun yang kita lakukan kita harus yakin bahwa Tuhan pasti melihat kita,” pesannya mengakhiri wawancaranya. (ahmad).
Biodata :
Matret Kokop Wakil Bupati Teluk Bintuni
Lahir di Aranday, 29 September 1961.
Ayah bernama Hasan Kokop (alm)
Ibu Aisya Rumatan (alm).
Nama istri : Ngatini.
Anak 4 orang :
- Anak pertama : Rahmat Kokop,
- Anak kedua : Arif Kokop
- Anak ketiga : Norma Kokop
- Anak keempat Doni Ramadhan Kokop.
Motto : “Hidup ini harus dijalani dengan tekun, sabar mengikuti prosesnya serta jujur. Sebab kejujuran itu manfaatnya sangat besar” (Wakil Bupati Matret Kokop)”.