Mangrove.id – Dalam waktu dekat ini Keuskupan Manokwari-Sorong akan memekarkan satu lagi Paroki di Kabupaten Teluk Bintuni, hal ini disampaikan oleh tokoh agama Katolik Bintuni, Pater Yohanes Belo Boli, SVD kepada Mangrove.id di ruang kerjanya, Rabu (03/02).
Pria yang akrab disapa dengan nama Pater Jhon ini mengungkapkan, rencana pemekaran paroki di Kabupaten Teluk Bintuni yang berada di bawah Keuskupan Manokwari-Sorong ini sudah diwacanakan sejak lama.
Dikatakannya peresmian paroki baru ini akan dilakukan pada tanggal 15 Februari mendatang dan akan dicetuskan langsung oleh Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega.
“Hal ini sudah lama di rencanakan oleh dewan keuskupan, di Bintuni, kita mencalonkan dua wilayah untuk dimekarkan yaitu wilayah Rohani Manimeri dan Wilayah Rohani Moskona, tapi yang dilihat lebih siap adalah Manimeri” tukasnya.
Dia menuturkan, penetapan Paroki di Distrik Manimeri akan jatuh pada tanggal 17 Mei 2021. Dan nama St. Paskalis akan digunakan untuk melindungi Paroki yang baru dibentuk di Distrik Manimeri ini.
Selain itu, ada juga hal yang sampai saat ini belum banyak diketahui oleh orang awam sekalipun dia bergama Katolik, yakni soal batas wilayah Paroki.
Layaknya suatu daerah pemerintahan, paroki satu dan lainnya juga memiliki batas wilayah pelayanan.
Katanya, batas Wilayah Paroki St. Paskalis Manimeri di sebelah utara nantinya akan berada di Kali Tisai yang berbatasan dengan paroki St. Yohanis Bintuni.
Untuk daerah selatan akan berbatasan dengan Yensei Yakti, sementara ke daerah timur akan berbatasan dengan Paroki St. Agustinus, Manokwari Selatan.
Sementara untuk pastor yang akan melayani di di paroki tersebut kata Pater Jhon sudah disiapkan oleh Dewan Keuskupan.
Dia menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi suatu persyaratan dalam pemekaran paroki dalam suatu wilayah keuskupan.
“Yang pertama dilihat dari jumlah umat, kemudian kesediaan wilayah itu untuk bisa mandiri karena pembentukan suatu paroki ini bukan hanya untuk melihat satu orang ataupun golongan tapi ini soal pelayanan” tukasnya.
“Contoh yang paling mudah saya analogikan dengan pelayanan pastoral, dia butuh transportasi selain itu kehidupan dari pelayan itu umat yang menanggungnya jadi kemandirian itu yang ditekankan oleh keuskupan jika wilayah itu sudah bersedia dengan itu maka pemekaran paroki sudah bisa dilakukan” tambahnya.
Dia juga menambahkan, selain di Teluk Bintuni ada juga pemekaran Paroki di kabupaten lain yang masih berada di bawah keuskupan Manokwari-Sorong. “Seperti di Fakfak dan Wasior (Teluk Wondama) juga akan dilakukan pemekaran Paroki” tutupnya. (yuji)